gravatar

Hidup Sehat dan Bahagia Pascastroke

STROKE bukan hanya mengakibatkan seseorang terkena dampak lumpuh, tetapi juga banyak menyisakan gejala yang perlu penanganan dengan jangka waktu yang tidak sebentar untuk kembali ke normal. Namun, siapa bilang pasien stroke tidak bisa kembali dengan normal.

Jika ditangani dengan baik,pasien stroke bisa kembali hidup normal. Bahkan, beberapa dari mereka merasa bahagia setelah menjalani perawatan yang berhasil. Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak pada para penderita, juga bagi para anggota keluarganya.

Penderita stroke tidak sedikit yang kehilangan mata pencahariannya sehingga beban ekonomi keluarga semakin berat. Karena tidak sedikit dari mereka yang merasa dirinya tidak lagi berguna, merasa dirinya tidak mampu, jelek, memalukan, dan sebagainya.

Bahkan, setelah stroke, sering kali tingkat kesejahteraan keluarga penderita stroke menurun yang pada akhirnya akan menyebabkan kualitas hidup penderita stroke dan keluarganya menjadi buruk.

Ahli saraf dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof dr Teguh Asaad Suhatno Ranakusuma SpS (K) mengatakan, walaupun stroke merupakan suatu penyakit yang dapat mengubah jalan hidup seseorang dalam waktu sekejap, pasien pascastroke dengan berbagai stadiumnya sebenarnya bila memungkinkan dan senantiasa berkeinginan dan berusaha untuk menemukan kembali kemampuannya, mulai dari gerak, motorik, berbicara hingga kemampuan kognitifnya bisa berhasil.

“Jika ada tekad dan kemauan, pasti pasien berhasil melewati pemulihan pascastroke,” tegasnya.

Salah satu pasien pascastroke yang kini telah menjalani kehidupan normalnya, Arifi, 57, menceritakan, dirinya yang pernah kena stroke 16 tahun yang lalu ini kini merasa lebih bahagia. Ia mengambil hikmah dari musibah yang dideritanya.

“Waktu itu saya sedang senam pernapasan, seingat saya tidak ada tanda apa-apa sebelumnya, tiba-tiba saat saya angkat kaki kiri, serasa mati sebelah,” ungkapnya.

Setelah mengalami hal tersebut, Arifin pun dinyatakan mengalami stroke dan harus istirahat, termasuk “istirahat” dalam hal pekerjaannya.

“Saat itu yang terbayang hanyalah teman-teman saya yang menderita stroke yang tergelatak lemah tak berdaya di atas kasur, saya sangat terpukul dan sedih, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ungkapnya.

Namun, selama masa pemulihan, Arifin bertekad untuk sembuh dan menjalani kehidupan normalnya. Akhirnya, setelah masa pemulihan berhasil karena tekadnya yang kuat dan dorongan serta dukungan keluarganya, Arifin bisa menjalani kehidupannya.

Bahkan, untuk masalah pekerjaan, dirinya mendapatkan penghasilan yang lebih setelah menderita stroke.

“Tidak boleh cengeng, dan ingatkan kepada keluarga untuk tidak perlu mengasihani, tetapi dengan mendapatkan dukungan, maka pemulihan lebih cepat dirasakan,” paparnya.