gravatar

PM Key Janjikan Penyelidikan

Friday, 26 November 2010
GREYMOUTH – Perdana Menteri Selandia Baru Joh Key kemarin menjanjikan penyelidikan independen terhadap tragedi tewasnya 29 penambang Pike River yang terjebak di bawah tanah akibat ledakan.


Di seluruh penjuru negeri,bendera dinaikkan setengah tiang dan lonceng gereja membahana di mana-mana untuk menandai hari berkabung sebagai tanda duka cita atas tragedi pertambangan terburuk dalam hampir 70 tahun terakhir itu. “Negara ini bersatu dalam kedukaan dan saya berharap ini bisa sedikit menghibur keluarga yang telah ditinggalkan,” ujar Key kepada radio New Zealand. Dia menegaskan, polisi serta Departemen Tenaga Kerja dan Pertambangan Pike River–tempat tambang meledak itu–akan dilibatkan dalam penyelidikan independen untuk mencari jawaban atas tragedi tersebut.“Kami membutuhkan jawaban atas apa yang terjadi di Pike River. Kami berutang kepada keluarga korban.

Jelasnya, ada yang salah dan sekarang kesalahan itu telah memakan 29 nyawa,”ujarnya Namun dia memperingatkan, akan dibutuhkan waktu berbulanbulan untuk mengevakuasi mayat para penambang di dalam tambang batu bara Pike River itu.Menurut dia, operasi penyelamatan akan dilakukan jika semuanya sudah aman bagi mereka yang akan melakukan misi itu. “Ini adalah penyelidikan yang tidak akan meloloskan secuil pun hal kecil untuk memastikan mereka mendapatkan jawaban mengapa suami,ayah, anak, atau saudara mereka tidak pulang,” tandas pejabat yang berada di Greymouth di Pulau Selatan untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban.

Sedikitnya 29 penambang terjebak di terowongan utama tambang sepanjang 2,3 km pada Jumat (19/11) malam, ketika gas metan menyebabkan ledakan besar di gunung. Dua orang penambang yang bekerja agak jauh dari tempat 29 lainnya itu berhasil lolos dan bisa keluar dari tambang.Pada Rabu (24/11), tim penyelamat telah bersiap memasuki tambang dan mengkaji level gas mematikan yang membuat mereka berhenti masuk tambang ketika ledakan gas kedua terjadi. Key mengungkapkan, dalam pertemuan dengan keluarga penambang kemarin, suasana kesedihan masih terasa namun tak ada lagi kemarahan seperti yang terjadi sebelumnya.

Dia menegaskan, prioritas utama saat ini adalah mengevakuasi mayat korban.Ayah salah seorang penambang, yang mengkritik upaya penyelamatan, menegaskan tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan jawaban. “Saya akan pastikan,entah sampai kapan, saya akan mendapatkan kebenarannya,”tegas Laurie Drew, ayah Zen,21. Sementara, dewan pimpinan Pike River Coal akan bertemu hari ini untuk membahas opsi yang ada untuk mereka dan CEO Peter Whittall menegaskan ingin agar tambang itu kembali beroperasi.“Tambang itu bukan seperti tempat yang sangat mengerikan yang menunggu untuk membunuh orang.

Tambang adalah tempat kita kerja,tempat yang kita tuju tiap hari, kami memahaminya,”ujarnya. Menurut Whittall,keluarga penambang tidak ingin menyegel tambang itu, dengan membuatnya sebagai nisan bagi suami dan anak mereka.“Kami berjanji kepada kerabat penambang untuk mengembalikan raga mereka. Kami harus memastikan bahwa tempat (tambang) itu aman.Kami masih belum bisa mengirim orang ke bawah tanah.Akan butuh waktu berharihari hingga berpekan-pekan untuk membawa raga mereka kembali ke keluarga,” papar Whittall. Pihak Pike River juga menegaskan akan bekerja sama dalam penyelidikan terhadap tragedi tambang itu.

Menurut Wali Kota Distrik Grey Tony Kokshoorn,komunitas di pantai barat Pulau Selatan itu takut akan pertambangan yang ada di kawasan itu tapi mereka menerima risiko industri tersebut.“Memang, tambang batu bara itu bahaya, tapi kita hidup bersamanya, itulah bagian kehidupan kita di sini, di pantai barat,” ujar Kokshoorn.Tambang, yang dipandang sebagai pembangkit perekonomian bagi kawasan itu ketika mulai beroperasi pada tahun lalu, tetap menjadi sumber utama pendapatan di kawasan tersebut.